"Banyak urutan yang harus dilakukan dalam upcara panggih. Selain lempar sirih, ada upacara wijikan dan juga upacara tampa kaya"
WARTA WEDDING - Pada bagian lalu telah di ulas secara singkat tata cara upacara panggih. Pada bagian berikut akan kami lanjutkan tata cara upcara panggih yang menjadi puncak acara perkawinan dengan menggunakan adat Yogyakarta.
Setelah sepasang pengantin saling melempar, tahap selanjutnya pengantin pria dan wanita mendekat pada ranu pada untuk memulai upacara wijikan. Wijikan dalam bahasa jawa berarti mencuci. Caranya kedua alas kaki pengantin pria dilepas, kemudian kedua kaki di masukkan kedalam ranu pada. Pengantin wanita berjongkok didepan pengantin pria dan membasuh kedua kakinya sekurang-kurangya sampai 3 kali guyuran, kemudian pengantin wanita memberihkannya. Selanjutnya, pengantin pria kembali mengenakan alas kaki. Makna dari upacara ini adalah sang istri akan mengabdi dengan sepenuh hati dan merawat suami dengan penuh cinta kasih.
Upacara wijikan dilanjutkan dengan upacara memecah telur. Kedua pengantin berdiri saling berhadapan juru paes mengambil telur dari bokor air sritaman.Telur tadi disentuhkan pada dahi pengantin pria kemudian pada dahi pengantin wanita, seterusnya dibanting di ranu pada. Sampai disini upacara balang-balangan suruh, wijikan, dan memecah telur selesai. Ketiganya menggunakan tempat yang sama yaitu didepan tarub.
Setelah itu, kedua mempelai berdiri berdampingan dengan kelingking tangan kiri pengantin pria dikaitkan dengan kelingking tangan kanan pengantin wanita. Dalam posisi kelingking terkait, kedua pengantin berjalan menuju pelaminan atau singgasana pengantin disini orangtua pengantin wanita sudah siap menunggu. Urutannya : patah berada paling depan. Dibelakangnya pengantin berdua yang didampingi pendamping putri yang mengambil posisi pada sisi kanan dan kiri mempelai di belakangnya lagi baru para pengiring pengantin wanita dan pria.
Setelah kedua mempelai duduk di singgasana pengantin, upacara tampa kaya dimulai. Sebaiknya pelaksanaan upacara ini menunggu habisnya gending boyong atau puspo warno. Jalannya upacara tampa kaya : pengantin wanita mengambil kain mori yang sudah di siapkan dan membukanya di atas pangkuan.
Pengantin putra berdiri dan mengambil kaya kemudian menuangkannya sedikit demi sedikit termasuk kain pembungkus kaya. Kedalam mori di pangkuan pengantin wanita harus diusahakan jangan sampai ada kaya yang jatuh konon bila ada yang jatuh menandakan bahwa ekonomi rumah tangga mereka akan boros. Setelah selesai, pengantin wanita mengikat kain mori yang sudah berisi kaya tersebut dan menitipkannya kepada ibunya. (Bersambung) (nis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar